
UJIAN KENAIKAN TINGKAT KARATE INKAI GIANYAR 2025 DI DOJO GENIJAYA TARO MENEGUHKAN DISIPLIN, JIWA BUSHIDO, DAN SEMANGAT KARATEKA SEJATI
Taro, Minggu, 26 Oktober 2025 | Balai Wantilan Taro Kelod, Desa Taro, Tegallalang, Gianyar, Bali. Sebanyak 69 karateka dari seluruh dojo dan ranting INKAI se-Kabupaten Gianyar mengikuti Ujian Kenaikan Tingkat (UKT) yang digelar oleh Pengurus Cabang Institut Karatedo Indonesia (INKAI) Kabupaten Gianyar pada Minggu, 26 Oktober 2025, bertempat di Dojo Genijaya Taro, tepatnya di Balai Wantilan Taro Kelod, Desa Taro, Tegallalang, Gianyar.
Kegiatan yang berlangsung dengan disiplin tinggi ini menjadi momentum penting bagi para karateka untuk meningkatkan kemampuan teknis sekaligus meneguhkan nilai moral, etika, dan filosofi bushido — jalan ksatria yang menuntun seorang karateka menuju kesempurnaan diri, bukan hanya dalam bertarung, tetapi dalam menjalani kehidupan.
PELAKSANAAN UJIAN DAN TIM PENGUJI
Pelaksanaan ujian dimulai sejak pukul 08.00 WITA, diawali dengan lari pemanasan mengelilingi Desa Taro — tradisi simbolik yang melambangkan kesatuan tubuh, pikiran, dan jiwa, serta penghormatan kepada tanah leluhur.
Ujian dilaksanakan berjenjang mulai dari sabuk putih, kuning, oranye, biru hingga cokelat, dengan tiga komponen utama sesuai AD/ART dan kurikulum resmi Institut Karatedo Indonesia (INKAI), yaitu:
- Kihon (teknik dasar),
 - Kata (jurus dan bentuk),
 - Kumite (pertarungan atau aplikasi teknik).
 
Tim penguji dalam kegiatan ini merupakan gabungan dari Pengurus Daerah (Pengda) INKAI Provinsi Bali dan Pengurus Cabang (Pengcab) INKAI Kabupaten Gianyar, terdiri dari:
- Sensei Subamiana, DAN VI INKAI (Pengda Bali)
 - Sensei Sumayasa, DAN VI INKAI (Pengda Bali)
 - Sensei Suarjana, DAN V INKAI (Pengcab Gianyar)
 - Sensei Kertanegara, DAN IV INKAI (Pengcab Gianyar)
 
Ujian juga dihadiri dan dikawal oleh Majelis Sabuk Hitam (MSH) INKAI Kabupaten Gianyar, yang memastikan setiap proses berjalan profesional, objektif, dan berlandaskan nilai-nilai etika karate-do.
SEMANGAT DAN MAKNA KEGIATAN
Suasana dojo sejak pagi hari terasa khidmat dan penuh energi.
Setiap peserta menunjukkan semangat juang, kedisiplinan, dan rasa hormat, baik kepada penguji, rekan latihan, maupun diri sendiri. Suara instruksi para sensei bergema di Balai Wantilan, berpadu dengan semangat para karateka muda yang berjuang menunjukkan kemampuan terbaiknya. Lebih dari sekadar ujian teknis, kegiatan ini menjadi ujian karakter dan kesabaran. Karate bukan sekadar olahraga bela diri, tetapi jalan hidup (Do) yang mengajarkan nilai kejujuran, tanggung jawab, dan kehormatan.
Sebagaimana filosofi Gichin Funakoshi — “Karate-do begins and ends with courtesy” — bahwa puncak dari kekuatan sejati terletak pada kerendahan hati dan sikap hormat.
PENGHARGAAN DAN PENUTUP
Di akhir kegiatan, tim penguji dan Majelis Sabuk Hitam Gianyar mengumumkan lulusan terbaik dari masing-masing tingkatan sabuk sebagai bentuk apresiasi atas teknik, kedisiplinan, dan mental juang terbaik yang ditunjukkan peserta. Acara kemudian dilanjutkan dengan makan siang bersama secara prasmanan antara tim penguji, MSH Gianyar, dan panitia pelaksana Dojo Genijaya Taro. Suasana penuh kekeluargaan dan rasa persaudaraan menandai penutupan kegiatan, menggambarkan bahwa karate tidak hanya melatih fisik, tetapi juga mempererat persaudaraan dan keharmonisan antar-dojo. Kegiatan berjalan tertib, aman, dan sukses, dengan dukungan penuh dari seluruh dojo dan ranting INKAI di Kabupaten Gianyar. Dojo Genijaya Taro sebagai tuan rumah menunjukkan komitmen tinggi dalam mendukung pembinaan karateka muda yang tangguh, beretika, dan berjiwa bushido.
FILOSOFI TARO DAN SPIRIT KARATE
Desa Taro, yang dikenal sebagai desa tertua di Bali, menjadi lokasi yang sarat makna filosofis bagi pelaksanaan ujian ini.
Di tanah yang penuh spiritualitas ini, semangat karate-do berpadu dengan nilai luhur Tri Hita Karana keseimbangan antara hubungan manusia dengan Tuhan (parahyangan), sesama manusia (pawongan), dan alam (palemahan). Setiap gerakan dalam Kihon, setiap jurus dalam Kata, dan setiap serangan dalam Kumite menjadi refleksi dari perjalanan batin seorang karateka — mencari keseimbangan antara kekuatan dan kebijaksanaan. Dari Balai Wantilan Taro Kelod, lahir semangat baru karateka Gianyar. semangat yang teguh dalam disiplin, rendah hati dalam kemenangan, dan mulia dalam kejujuran.
“Nanakorobi yaoki – jatuh tujuh kali, bangkit delapan kali.” karena bagi karateka sejati, kekuatan bukan diukur dari berapa kali menang, melainkan seberapa sering ia bangkit dengan semangat yang sama.
Redaksi : Dueg Creative




