
Ratusan warga lereng Gunung Agung Karangsem mengungsi ke Desa Taro

Minggu, 24 September 2017
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menyebut Gunung Agung adalah gunung berapi yang berkategori paling eksplosif di Indonesia. Gunung itu terakhir meletus pada 1963 dan dampaknya paling dahsyat dibanding gunung-gunung lain.
Aktivitas Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali, meningkat sejak 18 September 2017. Status gunung api itu secara bertahap naik dari level siaga menjadi awas pada 22 September, hanya empat hari setelah kali pertama tercatat terjadi peningkatan aktivitas vulkanis.

Kepala PVMBG Kasbani menyatakan status Gunung Agung naik menjadi awas pada pukul 20.30 Wita. Status ini disusul dengan perluasan zona merah menjadi radius 9 Km dan zona sektoral ke arah utara, timur laut, tenggara, selatan dan barat daya sejauh 12 Km.
Warga yang berada di lereng gunung agung beduyun-duyun menyelamatkan diri mengungsi ke berbagai daerah di Kabupaten lain. Salah satunya adalah ke Desa Taro Tegallalang Gianyar, tepatnya di Banjar Puakan. Warga 87 orang mengungsi ke Banjar Puakan pada tanggal 15 September 2017.
Lokasi pengungsian di Banjar Puakan diakui dan dijadikan sebagai titik resmi lokasi pengungsian oleh BPBD Gianyar selain titik lainnya yakni di lapangan Sutasoma Sukawati Gianyar.
Kendati demikian, masih banyak pula pengungsi susulan dan yang masih tercecer di rumah warga di luar lokasi pengungsian. Mereka bertahan dan tidak mau dipindahkan ke lokasi pengungsian yang diakui oleh BPBD Gianyar.
Pihak Desa Taro sudah menjajaki, mendata dan memberi pemahaman kepada warga pengungsi yang masih bertahan atau tercecer di rumah warga atau di luar titik pengusian. Mereka tetap bertahan dengan alasan karena mereka akan sekaligus mencari pekerjaan di lokasi pengungsian sekaligus untuk menghidupi ternak mereka. Disisi lain pihak keluarga yang mengajak pengungsi menyatakan bahwa mereka akan menanggung dan mengajak mereka seklipun masih mandiri karena masih ada ikatan keluarga atau hubungan keluarga dengan para pengungsi.

Bisa terpantau dari lokasi pengungsian dari pagi sampai malam hari, banyak warga berdatangan untuk melihat dan memberi dukungan moral maupun bantuan makanan, papan dan sandang seikhlasnya.
Perbekel Taro I Wayan Suardika, SH memantau dan melakukan kunjungan setiap hari dan setiap malam hari kepada para warga pengungsi. Beliau juga sudah melakukan pendekatan kepada semua warga pengungsi yang masih berada di luar titik pengungsian. Dominan mereka menolak untuk di pusatkan atau di pindahkan ke lokasi pengungsian yang berada di lapangan Sutasoma Sukawati Gianyar dengan alasan yang beragam.

Banyak warga menanyakan atau mengeluhkan kenapa tidak dikumpulkan atau dipusatkan saja di bangunan inpress sekolah di sebelah lapangan Taro Kaja. Hal ini dijelaskan oleh Perbekel Taro, karena lokasi titik pengungsian yang di akui oleh BPBD Gianyar hanya yang di Puakan saja dan di lapangan Sutasoma Sukawati Gianyar. Dan untuk lokasi pengungsian di Puakan sudah ditutup jumlahnya atau tidak menerima tambahan pengungsi lagi dan jika ada supaya segera di alokasikan ke Sukawati. Terkait hal tersebut, jika semua warga di pusatkan ke bangunan Inpress Sekolah Taro Kaja, maka segala beban dan pembiayaan tidak akan diakui dan tidak akan ditanggung oleh BPBD Gianyar dan diminta supaya pihak Desa menanggung segala beban dan biaya yang ditimbulkan. Menyiasati dan mengatasi permasalahan tersebut, maka semua warga pengungsi yang masih tercecer di luar titik pengungsian di Puakan diharapkan bersedia di pindahkan ke lokasi pengusian di Lapangan Sutasoma Sukawati Gianyar.
Hingga saat ini terpantau banyak relawan dari unsur masyarakat, staf desa maupun bumdes yang membantu warga pengungsi di lokasi baik berupa penyediaan makanan (memasak) dan atupun yang lainnya. Dari unsur Sekeha Teruna juga banyak yang berinisiatif untuk menggalang dana dan bantuan untuk dapat diserahkan ke para pengungsi. Salah satunya misalnya Sekeha Teruna Giri Madya Taro Kaja mengadakan posko pengumpulan bantuan yang berlokasi di Balai Banjar Taro Kaja. Mereka memusatkan segala bentuk bantuan dari masyarakat untuk nantinya bisa diserahkan langsung ke pengungsi. Tampak juga disana ada petugas BPBD Gianyar sebanyak 3 orang yang berjaga 24 jam di lokasi.

Berdasarkan data yang berhasil dihimpun hingga saat ini di Desa Taro ada sebanyak 167 orang pengungsi yaitu di Banjar Ked sebanyak 8 Orang, di Banjar Sengkaduan 5 orang, Banjar Tatag 9 orang, Banjar Pakuseba sebanyak 4 orang, Banjar Tebuana sebanyak 17 orang, di Banjar Taro Kelod sebanyak 37 orang dan di Banjar Puakan sebanyak 87 orang.

Menurut salah satu keterangan pengusi yang berada di Banjar Puakan I Wayan Kumpul mengatakan ia sangat berharap semoga bencana ini segera terlewati dan tidak memakan kerugian dan korban jiwa. Dia juga sangat berterima kasih terhadap masyarakat di Desa Taro dan semua warga masyarakat yang sudah bersedia member dukungan dan bantuan.

Marilah menggugah hati kita terhadap sesama untuk saling peduli. Berbuat baik dalam bentuk apapun dan sekecil apapun terhadap sesama ciptaan Tuhan sangatlah mulia nan utama.






