RAPAT KOORDINASI DENGAN POLSEK TEGALLALANG DAN DINAS PERTANIAN DAN PERTERNAKAN KABUPATEN GIANYAR DI DESA TARO
Taro 11 Maret 2020 | 09.00 AM diadakan Rapat Koordinasi dengan Kapolsek Tegallalang dan dengan Dinas Pertanian dan Perternakan Kabupaten Gianyar di Ruangan Rapat Kantor Desa Taro. Rapat ini diprakarsai oleh DPRD Kabupaten Gianyar dari Fraksi PDIP Gianyar yaitu Bapak I Nyoman Ondo Wirawan, SH.
Hadir dalam rapat ini Bapak Perbekel Taro I Wayan Warka, Polsek Tegallalang yang diwakili oleh Waka Polsek Tegallalang, Kadis Pertanian dan Perternakan Kabupaten Gianyar, Babinsa Desa Taro I Ketut Tegi Arnata, Bimas Desa Taro I Ketut Niki, Bendesa Banjar Adat Sedesa Taro, Kelihan Banjar Dinas Sedesa Taro, Ketua Sekeha Teruna Sedesa Taro dan Kelompok Peternak dan Petani Sedesa Taro.
Point penting yang dibahas dalam rapat ini khusus dari sisi hukum dan keamanan adalah kesiapan dan persiapan keamanan saat menyambut hari raya nyepi dimasing-masing Banjar Sedesa Taro. Dimana Kepolisian akan bergandengan dengan Prajuru Adat, Hansip, Pecalang, Babinsa dan Bimas dalam menjaga keamanan di semua titik sedesa taro supaya tetap kondusif dan lancar khususnya disaat pengarakan ogoh-ogoh atau disaat malam pengerupukan sehari sebelum hari raya Nyepi. Dan juga pengarakan ogoh-ogoh di masing-masing banjar adat dibatasi hanya sampai jam 10 malam dengan pecalang sebagai jaga baya pengamannya, penggunaan alkohol dibatasi dan dilarang ditempat-tempat umum dan pengarakan ogoh-ogoh dilarang melintasi atau memasuki banjar adat lainnya.
Sedangkan terkait bidang perternakan dan atau pertanian dengan Dinas Perternakan dan Pertanian Kabupaten Gianyar dibahas mengenai virus African Swine Fever (ASF). Melansir World Organisation for Animal Health (OIE), ASF adalah penyakit pendarahan yang sangat menular pada babi domestik dan liar. Kemunculan virus itu disebabkan oleh virus DNA besar dari keluarga Asfarviridae yang juga menginfeksi kutu genus Ornithodoros. Pada umumnya, penyebaran ASF karena kontak langsung dengan babi liar atau babi lain yang terinfeksi. Konsumsi pakan yang terkontaminasi juga menjadi jalan penularan virus tersebut. Tanda-tanda klinis dan angka kematian akibat ASF dapat bervariasi sesuai dengan virulensi virus dan jenis spesies babi. Namun, pada umumnya babi yang terinfeksi ASF mengalami demam tinggi, depresi, anoreksia dan kehilangan nafsu makan, perdarahan pada kulit (kemerahan pada telinga, perut dan kaki), sianosis, muntah, hingga diare. Babi yang terjangkit ASV biasanya mati 6-20 hari kemudian setelah terjangkit virus ASF. Berbagai jenis babi mungkin memiliki kerentanan berbeda terhadap infeksi virus tersebut. Untuk sektor peternakan, sanitasi dan pembuangan karkas hingga limbah yang layak adalah solusi guna mencegah penyebaran virus ke babi lain. Dia samping itu, deteksi dini dengan langsung membunuh babi yang terinfeksi dan langkah-langkah biosekuriti yang ketat menjadi hal yang juga menjadi perhatian.
ASF tidak berbahaya bagi manusia dan bukan masalah kesehatan masyarakat. ASF bukan penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia (zoonosis), jadi produk babi dipastikan tetap aman untuk konsumsi.
Tanda-tanda Klinis ASF
- Kemerahan di bagian perut, dada dan scrotum
- Diare berdarah
- Berkumpul bersama dan kemerahan pada telinga
- Demam (41 derajat Celsius), Konjungtivitis, anoreksia, ataksia, paresis, kejang, kadang2 muntah, diare atau sembelit
- Pendarahan Kulit Sianosis
- Babi menjadi tertekan, telentang, kesulitan bernapas, tidak mau makan.
ASF dapat menyebar melalui :
- Kontak langsung
- Serangga
- Pakaian
- Peralatan peternakan
- Kendaraan
- Pakan yang terkontaminasi
Untuk babi yang terkena penyakit ASF, isolasi hewan sakit dan peralatan serta dilakukan pengosongan kandang selama 2 bulan.
Selain itu juga di Desa Taro beberapa hari yang lalu ada salah satu warga yang digigit anjing di bagian lehernya dan setelah dilakukan pemeriksaan dinyatakan anjing yang menggigit pemiliknya tersebut positif Rabies. Dan saat ini sudah mendapatkan penanganan medis dan sebagai antisipasi beberapa hari kedepan akan dilakukan eliminasi anjing liar oleh dinas terkait guna menanggulangi perihal serupa.
Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit infeksi akut pada sistem saraf mamalia (termasuk manusia) yang disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini sangat mematikan dan bersifat zoonotik atau menular dari hewan ke manusia. Penularan terjadi akibat partikel virus yang berada dalam air liur hewan terinfeksi berhasil masuk ke dalam tubuh manusia atau hewan peka, misalnya melalui gigitan. Hewan yang menularkan rabies di antaranya anjing, kucing, kera, rakun, dan kelelawar. Lebih dari 99% kematian manusia akibat rabies disebabkan oleh gigitan anjing.
Pengertian Rabies
Rabies adalah sebuah penyakit akibat virus yang ditularkan kepada manusia melalui air liur hewan yang terinfeksi virus rabies. Pada umumnya penyebaran terjadi melalui gigitan dan hewan yang bersangkutan.
Gejala Rabies
Gejala awal dari rabies menyerupai gejala flu hingga beberapa hari, namun selanjutnya gejala akan berkembang semakin parah. Tanda dan gejala dari rabies yang perlu diketahui antara lain adalah:
- Demam
- Nyeri kepala
- Mual
- Muntah
- Rasa gelisah dan tidak nyaman
- Rasa cemas berlebihan
- Kebingungan
- Hiperaktif
- Sulit menelan
- Air liur menjadi banyak
- Takut kepada air
- Halusinasi
- Insomnia
- Kelumpuhan sebagian anggota gerak
Diagnosis Rabies
Diagnosis dapat diketahui melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Ketika seseorang baru digigit oleh hewan, sulit untuk diketahui apabila hewan tersebut menularkan virus rabies atau tidak. Hal yang dapat dilakukan dengan melakukan pencegahan terjadinya infeksi sebelum tanda dan gejala muncul.
Penyebab dan Faktor Risiko Rabies
Infeksi ini disebabkan oleh virus rabies yang menyebar melalui air liur hewan yang terinfeksi. Infeksi virus ini dapat menyebar kepada hewan lain maupun kepada manusia melalui gigitan hewan yang terinfeksi. Pada kasus yang jarang ditemui, virus ini menyebar ketika air liur dari hewan yang terinfeksi masuk ke tubuh manusia melalui mulut, mata atau luka terbuka, hal ini terjadi ketika hewan tersebut menjilat bagian tubuh manusia yang bersangkutan.
Hewan yang dapat menyebarkan virus ini adalah hewan mamalia, seperti kucing, anjing, sapi, kambing, musang, kelelawar, rakun, serigala, monyet dan lain-lain. Orang-orang yang memiliki faktor risiko lebih tinggi untuk terinfeksi virus ini antara lain adalah:
- Orang yang tinggal atau bepergian ke daerah negara berkembang seperti Afrika dan Asia Tenggara saat virus rabies ini masih umum ditemukan pada binatang.
- Orang yang senang beraktivitas di alam terbuka seperti kemping dan berjelajah di gua-gua yang terdapat banyak kelelawar.
- Orang yang bekerja/meneliti virus rabies di laboratorium.
- Luka terbuka pada daerah kepala atau leher yang dapat mempermudah penyebaran virus ke otak secara lebih cepat.
Penanganan Rabies
Saat infeksi rabies sudah terjadi dan menimbulkan tanda dan gejala, tidak ada penanganan yang dapat diberikan secara efektif. Pasalnya, infeksi virus ini merupakan infeksi yang fatal, meskipun demikian pada beberapa kasus ditemui sekelompok kecil orang berhasil selamat dari infeksi virus ini.
Seseorang yang terinfeksi virus rabies biasanya akan dirawat di ruang karantina dan menerima 2 vaksinasi rabies. Vaksinasi pertama akan diinjeksikan di dekat lokasi gigitan dan vaksinasi kedua akan diberikan di längan selama 14 hari.
Pencegahan Rabies
Pencegahan infeksi virus rabies adalah dengan mengurangi risiko terpapar dengan hewan yang terinfeksi virus ini. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah:
- Melakukan vaksinasi ketika berencana untuk bepergian ke daerah dimana virus rabies masih umum untuk ditemukan
- Melakukan vaksinasi pada hewan peliharaan.
- Menjaga hewan peliharaan agar tidak memiliki kontak dengan hewan yang terinfeksi rabies.
- Melaporkan kepada pihak berwenang ketika menemui hewan dengan gejala rabies
- Jangan mendekati hewan liar.
Admin - IT Desa Taro