BUPATI GIANYAR MELEPASKAN TYTO ALBAN DI DESA TARO
Provinsi Bali dengan sejuta keindahan dan pesonanya sudah diakui oleh seluruh dunia dgn memegang teguh konsep tri hita karana yaitu konsep keseimbangan keharmonisan antara manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungan.
Kabupaten Gianyar sebagai kota seni yang bersemi juga tak pernah lepas dari konsep tri hita karana. Dan salah satunya hari ini Bapak Bupati Gianyar I Made Mahayastra, S.ST.Par,. MAP yang di dampingi oleh SKPD terkait melepaskan satwa langka burung hantu di Desa Taro. Hal ini dilakukan pemerintah kabupaten gianyar sebagai salah satu upaya menjaga kelestarian satwa langka ini dan juga burung hantu ini sebagai predator tikus dalam rantai makanan untuk melindungi keseimbangan ekosistem petani.
Bapak Bupati gianyar berharap dengan dilepaskannya satwa langka ini akan mampu menjaga keseimbangan alam di Desa Taro khususnya akan mampu membantu petani dalam memerangi hama tikus secara alamiah.
Beliau juga menyampaikan supaya satwa ini dikeramatkan dalam artian dijaga kelestariannya oleh seluruh masyarakat.
Masyarakat dilarang keras melakukan perburuan dan diharapkan menjaga kelestarian satwa ini. Bapak bupati juga mengingatkan supaya perdes lingkungan desa taro supaya dijabarkan ke pararem adat terkait perlindungan satwa ini supaya tidak dibunuh ataupun diburu oleh masyarakat. Jika ada oknum yang melakukan perburuan supaya langsung disita senapannya dan orangnya ditahan sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Terkait hal itu beliau mengingatkan supaya diawali dengan doa nunas sica dengan banten pejati sebagai keseimbangan dengan konsep parhyangan dan akan dilakukan saat tumpek uduh yang dipercaya sebagai ritual penghormatan terhadap kelestarian satwa.
Burung hantu ini bernama latin tyto alba dan asli dari medan. Satwa ini di tetaskan di bali dan dilepaskan hari ini di desa taro. Dimana sebelumnya pada tahun 2013 juga sudah pernah dilepaskan di saba blahbatuh gianyar.
Tyto Alba ini mampu terbang dengan radius 12 km dan memangsa tikus 20 tikus per harinya 2 tikus dimakan dagingnya dan 18 diisap darahnya oleh predator langka ini. Tyto Alba akan melahirkan anak semakin banyak ketika mendapatkan makanan yang banyak pula. Burung ini dalam tubuhnya memiliki lapisan lilin sehingga saat memburu tidak akan terdengar oleh mangsanya.
Dan hari ini di Desa Taro di Kawasan Obyek Wisata Lembu Putih tepatnya di Pura Dugul Subak Desa Taro dilakukan pelepasan burung hantu ini sebanyak 2 pasang atau sebanyak 4 ekor. Dan setelah ini beliau juga akan melepas 4 ekor lagi di subak tegal lampit dan Subak Tuwali Payangan Gianyar
Bapak Bupati sebagai pecinta satwa juga menjadi tauladan dalam menjaga kelestarian satwa dan lingkungan, dimana beliau juga menangkar burung dirumahnya untuk dikembangbiakan untuk nantinya dilepaskan ke alamnya di alam bebas.
Pak Camat Tegallalang Alit Adnyana mengutarakan bahwa ini akan menjadi edukasi positif juga untuk seluruh masyarakat tegallalang khususnya masyarakat desa taro bahwa keseimbangan alam tepatnya keseimbangan rantai makanan perlu dijaga terkait melindungi tanaman para petani dari hama tikus.
Perbekel Taro I Wayan Warka sangat menyambut baik dan positif kegiatan Bapak Bupati Gianyar ini. Dimana ini akan sangat bermanfaat dan sangat membantu masyarakat Desa Taro khususnya petani dalam menjaga kawasan pertaniannya dari hama tikus.
Desa Taro sebagai desa pertama dan tertua di bali tetap mengacu pada konsep Tri Hita Karana dan tidak hanya menitik beratkan pada kebersihan lingkungan sebagai konsep palemahan, tetapi juga sudah melindungi satwa langka dan menjaga keseimbangan alam untuk tetap lestari sebagai mana gianyar sebagai Gianyar bersemi yaitu bersih sehat dan memikat. Video Selengkapnya bisa ditonton KLIK DISINI