LET
1. Penduduk
Desa Let
Desa Let merupakan salahsatu tempat peristirahatan Rsi Markandeya saat perabasan hutan di hutan sarwe ada yang sekarang disebut Desa Taro.,tempat persinggahannya disebut dengan nama Let yang berarti Kune atau Tua. mrupakan desa Desa tua yang diperkirakan sudah ada sejak masa perundagian yang merupakan ahir dari masa prasejarah. Hal ini dapat dilihat dari penemuan penemuan penduduk desa berupa gelang tangan dan kaki, ( Gelang dukuh ), Grabah,Cawan cawan yang terbuat dari tembaga, penemuan ini mirip dengan peninggalan yang ditemukan di Gunung raung tepatnya di Desa Girimuliya di Jawa Timur, antara lain : Arca perunggu Tri Murti, Arca Rsi Markadeya, tempat tirta dari Cupu Manik yang terbuat dari perunggu, arca perunggu bhtara Wisnu, Dewa Durga yang keduanya terbuat dari perunggu, Genta Pandita,dan Tujuh bilah keris dengan batu Andesit yang diperkirakan digunakan sebagai sarana pengobatan, yang terahir ditemukan berapa bilah daun gambelan kuno. Penduduk Desa Let diperkirakan merupakan terdiri dari oaring oaring Aga pengikut Rsi Markandeya, seperti yang terbuat dalam beberapa sumber. Melalui catatan catatan dari berbagai sumber yang didapat bias dipastikan bahwa penduduk desa pekraman Let adalah merupakan desa tua Bli Aga, walopun sebelumnya belum bernama desa Let. Wilayah ini merupakan pemukiman dari para pengikut Maha Rsi Markandeya disempaing daerah daerah lainya yang ada di sepanjang perbukitan Taro sampai Ubud. Sepanjang perjalanan jaman kemudian berkembang menjadi desa yang makmur dan tertata dengan sangat baik. Pelaksanaan ajaran ajaran agama pun berjalan dengan sangat baik dari jaman ke jaman ini terbukti dari banyaknya bangunan bangunan suci ( pura ) yang terdapat di Banjar Let, desa Taro.seperti desa umumnya deasa Let meniliki kayangan tiga yang terdiri dari Puseh,Baleagung,dan Dalem.
2. Gambaran Umum Banjar Let
1.1.Kondisi Geografis Desa Taro
Banjar (Dusun) Let, Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten
Gianyar, Provinsi Bali. Desa Taro terdiri dari empat belas Banjar (Dusun) yaitu
: (1) Dusun Taro Kaja, (2) Dusun Taro Kelod, (3) Dusun Pakuseba, (4) Dusun
Puakan, (5) Dusun Belong, (6) Dusun Patas, (7) Dusun Pisang Kaja, (8) Dusun
Pisang Kelod, (9) Dusun Let, (10) Dusun Tubuana, (11) Dusun Sangkaduan, (12)
Dusun Alas (13) Dusun Tatag, (14) Dusun Ked. Jarak Banjar Let menuju Desa Taro
sejauh 11 km, kemudian jarak Banjar Let Ibu Kota Kecamatan sejauh 25 km,
kemudian dari pusat pemerintahan Kabupaten sejauh 40 km dan dari pemerintahan
provinsi sejauh 60 km. untuk menuju Banjar Let, dapat ditempuh dengan kendaraan
roda dua dan kendaraan roda empat.
Secara administratif batas-batas territorial Banjar Let adalah sebagai
berikut :
1.
Sebelah utara :Desa
Abuan, Kecamatan Kintamanai, Kab. Bangli
2.
Sebelah timur :Banjar
Pisang Kaja, Kecamatan Tegallalang, Kab. Gianyar
3.
Sebelah selatan : Panjar
Patas , Kecamatan Tegallalang,Kab. Gianyar
4.
Sebelah barat :Banjar
Tebuana, Kec. Tegallalang, Kabupaten Gianyar
Banjar Let memiliki luas wilayah mencapai 99,6 Ha dengan klasifikasi
tegalan seluas 8,9 Ha, persawahan seluas 6,8 Ha, perkebunan seluas 66,2 Ha,
pemukiman seluas 10.8 Ha, dan lain-lain seluas 6.9 Ha.
Keadaan alam Banjar Let merupakan suasana pedesaan, karena disebelah
selatan dan utaranya terdapat perumahan, penduduk, sedangkan disebelah timur
dan baratnya merupakan hutan-hutan kecil. Banjar Let merupakan daerah yang
sangat sejuk, karena terletak di pegunungan dengan ketinggian mencapai 650 M
diatas permukaan laut. Banjar Let memiliki iklim rata-rata 27? C, dengan curah hujan berkisar 200-300 MM pertahun. Berdasarkan
keadaan tanah serta curah hujannya, maka wilayah Banjar Let termasuk katagori
subur. Hal ini dapat dilihat di sepanjang jalan Banjar Let yang terdapat lahan
perkebunan dan persawahan. (monografi Banjar Let, tahun 2017).
1.2.Demografi Desa Taro
Berdasarkan monografi Banjar Let
tahun 2017 bahwa penduduk Banjar Let berjumlah 607 jiwa dengan perincian jumlah
penduduk laki-laki 296 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 311 jiwa. Ditinjau
dari 128 KK Dinas yang terdapat di Banjar
Let.
1.3. Kehidupan
Sosial Budaya Masyarakat Banjar Let
Banjar Let merupakan salah satu wilayah dari Desa Taro yang terdiri
dari beberapa Banjar dinas administratif dan Desa adat (Desa Pekraman). Banjar
dinas dikepalai oleh seorang ketua yang disebut dengan Kelian Dinas. Kelian
Dinas mangatur masalah administrasi pemerintahan. Sedangkan Desa Adat (Desa
Pekraman) dikepalai oleh benDesa adat
yang mana fungsinya untuk memelihara, menegakan, dan memupuk adat-istiadat yang
berlaku di Desa adat Let.
Di luar itu ada perkumpulan-perkumpulan lain yaitu : Subak dan Seke. Subak di Banjar Let disebut SUBAK
ABIAN PUCAK ANDONG ) dikepalai oleh Kelihan Subak yang
tugasnya mengatur masalah pertanian, serta upacara yang berkaitan dengan subak atau
pertanian di Banjar Let. Sedangkan
sekaa merupakan organisasi yang berada
dibawah Desa Pakraman Seke merupakan
sebuah organisasi seperti : Seke
Santi, Seke Truna, Seke Gong,sekaa seni dan yang lan
sebagainya. Sedangkan kelompok – kelompok yang berada di bawah Subak antara
lain, klompok Ternak Keta sari, kelompok UPPO, Klompok Simantri, dan berapa
klompok yang berada di luar subak yang berdiri secara mandiri di luar subak
anatara lain, Klompok UPPO Wisnu Sari, Klompok Tani .
Dalam bidang kesehatan, telah disediakan serana dan prasarana seperti
: POSIANDU Banjar Let, dan dibidang Pendidikan non Pormal juga telah ada
seperti : Pasraman Werdhi Prakerti. Sarana dan prasarana inilah yang nantinya
akan menunjang aktifitas masyarakat di Banjara Let dalam meningkatkan dan
kehidupan kesejahteraan baik jasmani maupun rohani.
4.1.4 Sejarah Singkat Banjar Let
Mengenai sejarah keberadaan Banjar Let, tidak dapat dilepaskan dari
perjalanan suci Maharesi Markandya yang berasal dari Jawa ke Bali. Maharesi
Markandya datang ke Bali disertai oleh pengiring wong aganya. Dalam perjalanan
Maharesi Markandya ke Bali, dilakukan sebanyak dua kali yaitu pertama, beliau
membawa pengiring sebanyak 800 orang dan sampai di To Langkir atau Gunung agung
Sekarang. Di sana beliau bersama pengiringnya merambas hutan, namun usahanya
tersebut mengalami kegagalan. Oleh karena itu beliau kembali ke Jawa Timur
(Gunung Raung).
Yang kedua, setelah memperoleh waranugraha
di Gunung Raung kembali ke Bali menuju ke To Langkir dengan membawa pengikut
sebanyak 400 orang. Setibanya di To Langkir, beliau disambut oleh para
pengikutnya terdahulu yang telah membuat kubu-kubu. Selanjutnya beliau menanam
Pancadatu untuk menolak bala, sebab para pengikut beliau yang terdahulu banyak
yang meninggal. Selanjutnya, setelah keadaan bahaya beliau membangun kubu-kubu
dan Pura sebagai tempat ngestawa.
Setelah beberapa lama di To
Langkir, akhirnya beliau bersama pengikutnya pergi ke arah barat menuju bukit
kecil. Kemudian beliau tiba di suatu kawasan yang luas, disana beliau bersama
pengikutnya merabas hutan. Tempat merambas hutan tersebut di beri nama Desa Puakan selanjutnya setelah menetap
disana, apa pun yang dikehendaki oleh Maharesi Markanya selalu ada, maka daerah
tersebut diberinama Desa Sarwa Ada
dan pada era sekarang disebut Desa Taro
(I Nyoman Tunjung, wawancara tanggal 8 Agustus 2014).
Keberadaan
Desa Taro tidak terlepas juga dengan keberadaan Banjar Let. Oleh karena,
penulis melakukan penelitian di Banjar Let, maka penelis juga akan menguraikan
sejarah singkat keberadaan Banjar Let. Seperti yang sudah dipaparkan di atas,
perjalanan Maharsi Markandya bersamama pengikutnya setelah selesai menanam panca datu di lereng gunung To Langkir
akhirnya belian meneruskan perjalannya ke bukit kecil yang berada di sebelah
barat gunung To Langkir (sekarang disebut munduk
Taro atau Desa Taro).
Sebelum tiba disana, beliau sempat
beristirahat dan tinggal di suatu tempat di sebelah utara bukit kecil itu.
Disana beliau membangun tempat suci, dan bangunan sementara untuk tempat
beristirahat oleh pengikut – pengikut beliau. Setelah beberapa lama tinggal
disana, lalu beliau meneruskan perjalanan bersama pengikut - pengikutnya menuju
bukit kecil itu. Akhirnya tempat peristirahatan dan bangunan suci maha Rsi
Markandeya tidak ada yang menempati.
Setelah
lama tidak ada yang menempati tempat itu, sekarang diceritakan ada warga yang
banyak yang tiba disana yang dipimpin oleh Jro Nengah Bedil. Mereka bermaksud
mencari tempat tinggal yang bagus untuk menetap. Warga yang dipimpin oleh Jro
Nengah Bedil berasal dari Darmaji. Karena menemukan tempat yang tidak dihuni
lagi akhirnya Jro Nengah Bedil beserta pengikutnya memutuskan beristirahat
disana. Setelah beberapa lama beristirahat akhirnya Jro Nengah Bedil memutuskan
untuk melanjutkan perjalanan, namun banyak pengikut beliau yang mengajukan
permohonan untuk tetap tinggal disana. Mereka berjanji tidak sampai disini rasa
bakti mereka, nanti pada waktunya mereka akan mencari tempat tinggal menetap
Jro Nengah Bedil.
Akhirnya
Jro Nengah Bedil menyetujui permohonan sebagian pengikutnya, dan beliau dengan
sebagian pengikutnya yang tidak ingin tinggal disana, meneruskan perjalanan
sampai akhirnya tinggal menetap di Telepud. Sedangkan pengikutnya Jro Nengah Bedil
yang tetap tinggal di bekas peristirahatan Rsi Markandeya, menamai tempat itu
dengan nama Let yang berarti Kune atau Tua. Keberadaan kayangan suci yang di sebut dengan Pura Pucak
Andong Dukuh Sakti Menggambarkan dan membuktikan secara jelas eksistensi banjar
let dari jaman ke jaman.
Pura Pucak Andong Dukuh Sakti
Keberadaan
Agama Hindu sebagai sebuah agama yang berdasarkan pada ajaran kitab suci Veda, tidak terlepas dengan tempat ritual,
hal ini mengingat tempat ritual merupakan media untuk mengaplikasikan ajaran
yang terdapat dalam kitab suci. Bentuk tempat suci Agama Hindu ada berbagai
jenis sesuai dengan tempat atau tempat umat berada setrta sejarah yang
melatarbelakangi berdirinya tempat suci itu sendir, seperti : Pura, Candi.Kuil,
dan padma. Bagi umat Hindu di Bali keberadaan pura merupakan sebuah tempat yang
digunakan sebagai tempat untuk melakukan pemujaan. Pada mulana istilah pura ya
ng berasal dari bahasa Sansekerta itu berarti kota atau benteng yang sekarang
berubah arti menjadi tempat pemujaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Pura sebagai
tempat pemujaan Agama Hindu memiliki kedudukan sangat penting dan fungsi yang
sentral bagi dinamika kehidupan umat hidu dalam bidang kebudayaan dan
peradabanya. Mengingat Agama Hidu memiliki tujuan untuk menyucikan diri umatnya
maka peranan pura sangat penting. Pura juga sebagai Spiritual center atau pusat
rohani, karna merupakan tempat pemujaan Sang Hyang Widhi Wasa, serta tempat
mengadakan renungan renungan cuci. Selain pura dipungsikan sebagai tempat
melakukan pemujaan atau menghubungkan diri dengan Ida Sang Hang Widhi. Pura
juga digunakan sebagai tempat atau wadah melakukan hubungan social untuk
mengembangkan dan membina nilai solidaritas, nilai kebersamaan hal ini sangat
penting bagi kualitas pertumbuhan dan perkembangan masiyarakat Hindu.
Keberadaan Pura yang penuh dengan kerakteristik tidak terlepas dari unsure
Budaya, dengan demikian pura juga merupakan pusat budaya artinya didalam pura
umat hindu dapat mengembangkan rasa Estetis yang merupakan hal yang harus ada
dalam pura, hal ini dapat kita amati melalui berbagai aktipitas seni yang
mengiringi yadnya yang dilaksanakan di pura seperti, Gambelan, Nyanyian nyanyian
ayat suci ( daharma gita ), suara puja orang suci,tari tarian dan bunyi
bunyian. Didalam persepektif nilai Aksiologis seni merupakan hal yang dapat
digunakan untuk memperhalus diri, sedangkan jika kita hubungkan dengan pura
sebagai tempat suci kesenian dapat membentuk karakter yang lebih mulia dan
bijaksana. Pura juga merupakan sebabagai Sosiokultur kehidupan umat hindu dan
sebagai media pendidikan secara tradisional. Mengingat pendidikan bentuknya
begitu holistic dalam derap kehidupan, maka pura dapat dijadikan sebagai media
atau tempat untuk melakukan pendidikan seperti : Kegiatan Dharma Tula,Dharma
Wecana,Dharma Gita,Dharma Santi, Darma Sedana, dan Dharma Yatra.
Pura
Pucak Andong Dukuh Sakti merupakan salah satu pura yang terdapat di banjar Let,
Desa Taro, yang letaknya masih sangat alami dikelilingi oleh pohon pohon besar
dan letaknya di hulu desa, di timur jalan raya desa Let. Pura Pucak Andong
Dukuh Sakti hanya memiliki utama mendala ( jerowan ) dan di utama mandala
terdapat beberapa Deretan pelinggih antara lain :
1. Padma
Pucak Andong
2. Padma
Dukuh Sakti
3. Padma
Siwa Budha
Selain itu juga
terdapat beberapa pelinggih dan arca yang letaknya di sekitar deretan ketiga
padma tersebut antara lain :
1. Pelinggih
Pertiwi yang letaknya tepat dibelakang ketiga padma pelinggih utama di pura
dukuh sakti.
2. Terdapat
juga Arca Dukuh yang duduk bertapa tepat di samping kiri dari padma .
3. Terdapat
juga arca hanuman tepat berada di sebelah arca dukuh.
Keberadaan pura pucak
andong masih sangat asri karna keberadaanya dikelilingi oleh pohon pohon yang
besar, seperti pohon Rijasa, Pohon Tri Jata, Pohon Sambuk,Pohon Bunut dan yang
lainya. Keberadaan padma yang merupakan istana dairi manipestasi tuhan yang
berbeda beda menyebabkan masing masing padma memiliki piodalan yang berbeda
beda seperti :
2. Padma
Pucak Andong piodalanna jatuh pada Saniscara Keliwon Wariga.
3. Padma
Dukug Sakti piodalannya jatuh pada Anggare Kliwon Julungwangi.
4. Padma
Siwa Budha piodalanya jatuh pada Saniscara Kliwon wuku Kuningan.
Keberadaan pura ini lah
yang membuat terasa berbeda keberadaan desa let dibandingkan dengan desa lainna
yang ada di Desa Taro, Kecamatan Tgallalang, Kabupaten Gianyar. Sehingga calon
peneliti ingin menetiti keberadaan pura Pucak Andong Dukuh Sakti Di banjar Let,
Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar.
ADAPUN POTENSI ALAM,
SEPIRITUAL DAN PERTANIAN DI BANJAR LET ANTARA LAIN :
1. POTENSI
ALAM
Kondisi
alam yang masih sangat asri dan alami merupakan salahsatu potensi alam yang
berada di banjar Let serta perkebunan organic petani yang menanam berbagai
macam tanaman perkebunan, sayuran dan lain – lain anamun secara umum komoditi
hasil perkebunan masyarakat adalah jeruk karna 80 % dari lahan pertanian di
banjar let di Tanami ( Jeruk ), para
petani selalu mengutamakan kualitas dan kuantitas hasil perkebunanya dengan
selalu menerapkan pertanian organic.
2. POTENSI SPIRITUAL
Banyaknya tempat suci atau pura yang menyimpan sejarah, peninggalan, serta keunikanya masing mansing yang berada di lingkup banjar let seperti Pura Puck Andong Dukuh Sakti yang menyimpan sejarah dari keberadaan banjar let serta peninggalan peninggalan ang membuktikan keberadaan banjar let, serta Pura Dalem Suci yang menyimpan sejarah perjalanan masyarakat banjar let dari masa ke masa.